Camping Nikmat
Baru tiga bulan aku dan
Dian berpacaran, namun aku tidak pernah menyangka akan melakukan hubungan seks
secepat ini dengannya.Pada hari valentine yang lalu, kami sepakat untuk
merayakannya di Kali Kuning, kawasan wisata Kaliurang. Berangkat pada tanggal
13 siang dengan perlengkapan camping yang kubawa (tenda, sleeping bag, alat masak
dan logistik untuk 2 hari). Sekitar pukul 3 sore kami tiba di lokasi dan aku
langsung mendirikan tenda, sementara Dian terlihat turun ke sungai kecil yang
airnya sangat bening. Begitu selesai memasang tenda, aku langsung ikut Dian
turun dengan membawa sekalian peralatan mandi. Kulihat Dian sedang asyik
bermain air di atas sebuah batu besar.
"Mandi gih, ntar kesorean lho", kataku.
"Dingin ah, lagian mau mandi pake apa?", tanyanya.
"Pake ini aja", aku mengulurkan kain pantai biru milikku dan sekalian
dengan sabun peralatan mandi.
"Tapi Mas pergi dulu dong, aku mau ganti dulu nich".
"OK", aku langsung pergi menuju ke hilir sungai, kira-kira 10 menit
kemudian aku kembali lagi dan kulihat Dian telah asyik berendam di air.
"Dingin nggak?", tanyaku.
"Lumayan, ayo mandi juga", ajaknya.
"Ntar deh".
Sekilas aku melihat kain bali yang dipakai Dian tersingkap di air sehingga
memperlihatkan pahanya. Dadaku langsung berdesir dan berdegup kencang. Entah
setan apa yang menuntunku untuk lebih mendekat ke pinggir sungai agar dapat
melihat lebih dekat sosok Dian.
"Ayo", ajaknya lagi. Aku cuma tersenyum.
Dian naik ke atas batu dan mulai menggosok badannya. Saat itu mataku tak bisa
lepas dari payudara Dian yang menyembul walaupun telah ditutupi kain bali yang
basah. Penisku sudah menegang sejak tadi. Dian masuk lagi ke air begitu selesai
membersihkan badan dan kakinya. Badan dan kepalanya bersandar ke batu besar
yang berada di dalam aliran air dengan mata tertutup. Entah setan mana pula
yang merasukiku, aku langsung membuka baju yang kupakai sehingga hanya tinggal
celana pendek dan langsung masuk ke sungai. Dian terkejut dan membuka matanya
tapi lalu tersenyum.
"Gak dingin kan?", tanyanya.
"Dingin ah", kataku sambil mendekati dia.
Aku duduk di sampingnya dengan posisi yang sama (bersandar di batu), tangan
kami saling bersentuhan sehingga membuat dadaku semakin berdegup kencang.
Kuberanikan diri untuk meremas tangannya yang berada di dalam air. Tak ada
respon. Kuelus tangannya pelan, semakin ke atas. Posisiku agak miring sekarang.
Mata Dian masih tertutup tapi dapat kurasakan badannya menegang. Rupanya dia
juga sudah mulai terangsang.
Kesempatan tersebut tak kusia-siakan. Dian langsung kurengkuh dan kuhujani
dengan ciuman di leher dan terus ke bibir. Dia membalas pelukanku dan mulai
meraba-raba punggungku. Bibirnya ku kulum, turun ke leher sambil tanganku
melepas kain pantai yang sedang dipakainya dan kuletakkan di atas batu.
Sasaranku kini adalah payudaranya yang merah merekah. Putingnya kuisap-isap.
Dian menggelinjang pelan. Tanganku mulai menggerayangi vaginanya. Dian meremas
rambutku dan mengerang. Dian kunaikkan ke atas batu. Kucumbu mulai dari leher,
kemudian payudaranya kembali kuhisap dan tanganku lebih leluasa memainkan
vaginanya. Kuciumi perut dan turun ke kewanitaanya. Kulihat jelas vaginanya
berwarna merah ditutupi bulu-bulu yang lebat. Kuciumi dan kelentitnya kumainkan
dengan lidah. Badan Dian menegang dan dia terus mengerang. Kubuka celana
pendekku sekaligus dengan CD-nya. Penisku yang berukuran panjang 18 cm langsung
mencuat keluar. Dian terlihat agak kaget begitu melihatku dalam keadaan bugil
di hadapannya. Aku naik lagi ke atas Dian. Penisku kumainkan di vaginanya.
Kepala penisku kugesek-gesekkan di kemaluannya.
Dian mengerang. "Mas..., ohhhmm...".
Dian kuangkat lagi ke dalam sungai, kurebahkan di pinggir. Badan kami setengah
masuk ke dalam air. Kakinya kurenggangkan dengan kakiku, kemudian sambil
meraba-raba dengan tangan kuarahkan penisku ke vaginanya. Dengan perlahan
kepala penis kumasukkan. Baru sebatas kepala kulihat Dian mengerang dan
menggigit bibirnya. Penisku kutarik pelan dan kugesek-gesekkan hanya sebatas
kepala yang masuk tadi. Begitu Dian tenang, penisku kembali kumasukkan
setengahnya. Dian menjerit. Bibirnya langsung kukulum dan penisku kutarik
keluar sedikit. Pelan-pelan penisku kugoyang-goyangkan sebatas setengahnya yang
baru masuk tadi. Begitu Dian terlihat mulai menikmatinya, penisku kudorong
pelan semakin dalam. Dian kembali menjerit tertahan dan meremas pundakku. Kali
ini penisku kubiarkan agak lama bersarang di vaginanya tanpa kugerak-gerakkan.
Bibirnya terus kukulum dan payudaranya kuremas.
Lebih dari 5 menit kemudian aku mulai menggoyang-goyangkan penisku kembali
dengan perlahan sambil mengulum payudaranya. Kecipak air terlihat di pinggir
sungai karena goyangan tubuh kami. Dian mulai menikmatinya. Karena berada di
dalam air, goyangan kami terasa lain. Setiap aku menggoyangkan penisku, Dian
membalas dengan menggoyangkan pantatnya di dalam air. Gerakannya pelan karena
hambatan di dalam air. Penisku terasa diurut-urut di dalam vagina Dian. Gerakan
kupercepat dan Dian tetap mengikuti irama gerakannku.
"Ohhh..., Masss..., terusss...", erang Dian.
"Kamuuu juga terusss.., goyyangkaaan..., oohh...., mmhhh...".
Badan Dian kuangkat ke atas dengan posisi setengah berdiri. Penisku tetap
berada dalam vaginanya. Dian kupeluk erat sambil terus menggoyangkan pinggulku.
Badan Dian terasa mengejang. Mungkin dia akan orgasme, pikirku. Goyangan
kupercepat.
"Ohh..., Mass..., teruss.., ohhh...", bisiknya.
Badan Dian kuangkat dan kurebahkan di atas rumput lagi, pantatnya kusanggah
dengan kain pantai yang basah. Penisku langsung kumasukkan ke vaginanya dan
langsung menggoyang-goyangkan pinggulku. Kaki Dian mengapit tubuhku. Badannya
mengejang. Tangannya mencengkeram tubuhku. Gerakan pinggulku semakin
kupercepat.
"Ohh..., Masshh...", Dian menjerit tertahan saat dia mencapai
orgasme.
Dian memelukku erat. Pinggulku berhenti kugoyangkan dan penis kukeluarkan dari
vaginanya.
Aku mengambil sabun mandi dan mulai membaluri penisku. Aku berbaring telentang
disamping Dian, tangannya kubawa ke penisku dan kukocok. Tanganku kulepas dan
Dian terus mengocok penisku. Badanku mulai mengejang.Tangan Dian kulepas dari
penisku. Dian kurebahkan kembali dirumput, penisku kumasukkan ke belahan payudaranya
dan menggoyangkan penisku. Begitu terasa aku mau orgasme kembali penis
kulepaskan dari payudara Dian dan membiarkannya sebentar. Begitu aku agak
tenang, aku membalikkan tubuh Dian terlungkup. Kakinya kurapatkan, penisku
kumasukkan ke sela-sela paha belakangnya, penisku tidak kumasukkan ke dubur
Dian. Penisku terus kugoyangkan sampai aku mengalami orgasme. Spermaku keluar
di sela-sela pahanya. Aku memeluk Dian sebentar kemudian membalikkan badannya
dan kuciumi dengan lembut. Kami berdua terbaring kelelahan. Kemudian aku bangun
dan membersihkan diri dan diikuti oleh Dian. Selesai mandi aku melihat jam
menunjukkan pukul 16.45. Berarti kami telah bercinta sekitar 45 menit. Aku dan
Dian naik menuju ke lokasi tenda.
Pukul 7 malam aku memasak mie instant dengan corned. Dian sedang asyik
mendengarkan radio di dalam tenda. Kami menyelesaikan makan malam sekitar jam
7.30. Aku dan Dian duduk berdua di luar tenda sambil membuat api unggun kecil.
Dian bersandar di pundakku sambil memandangi bintang-bintang.
"Dingin ya Mas", kata Dian memecah kesunyian.
"Ya", mau kupeluk?".
"Mmm...", Dian tersenyum sambil merapatkan tubuhnya.
Aku langsung merangkul tubuh Dian. Terasa payudaranya yang kenyal mengganjal
membuatku langsung terangsang untuk mengulang kejadian tadi sore. Bibirku
langsung mencium kening Dian, terus turun ke bibirnya. Dian membalas
perlakuanku. Kami saling berpagutan. Tanganku meremas payudaranya yang
terbungkus sweater. Tangan Dian kubawa ke penisku yang sudah mengeras. Dian
kurebahkan di atas matras, sweaternya kubuka sebatas leher dan payudaranya
kuhisap.
"Ouhhh Masss..., terusss", erangnya.
Aku semakin ganas, di pinggir payudaranya kubuat cupang merah. Celana Dian
kubuka sekaligus dengan CD-nya sebatas lutut. Kemudian vaginanya ku kulum,
kumainkan dengan lidah.
"Terus Mas...", erangnya.
Celanaku kubuka dan penisku langsung muncul keluar. Tubuh Dian kumiringkan
berhadapan dengan tubuhku. Kemudian celanaku kubuka seluruhnya sehingga hanya
tinggal baju yang menempel di tubuhku. Penis kumainkan di vaginanya, ujung
penis kugesek-gesekkan di kelentitnya. Dian mengerang-erang. Celananya kulepas
semua beserta seluruh pakaiannya. Kini Dian telah telanjang bulat telentang di
atas matras. Aku juga ikut membuka seluruh pakaian yang kukenakan. Kami
telanjang bulat berdua, berpelukan, saling membelai, memagut. Aku meraba vagina
Dian, terasa vaginanya telah basah. Dian kubangunkan dan membuat posisi
merangkak. Aku memeluknya dari belakang dan memasukkan penis ke vaginanya dan
menggoyang-goyangkan penisku, seperti sore tadi dan Dian mengikuti irama
gerakanku dengan menggoyangkan pinggulnya juga. Bunyi kemaluan kami yang
bersentuhan terdengar di antara suara jangkrik.
Kemudian Dian kutelentangkan, kakinya kurenggangkan. Satu kaki kuangkat ke
atas, aku memasukkan penisku dengan posisi duduk. Penisku kugoyang-goyangkan
terus dan Dian mengerang-erang. Kali ini erangannya tidak ditahan lagi seperti
sore tadi. Tubuh Dian kuangkat berhadapan dengan tubuhku. Penisku terus
menancap di vaginanya. Tubuh Dian kupeluk erat dan pinggul kami saling
bergoyang. Kurasakan penisku seperti diurut-urut hingga menghasilkan sensasi
yang luar biasa nikmatnya. Badannya kurebahkan lagi, kedua kakinya kuangkat,
penisku kumasukkan lagi ke liang surganya dengan posisi setengan berdiri.
Penisku kugoyang-goyangkan terus. Tubuhku mulai mengejang, kemudian penisku
kutarik keluar. Tubuh Dian terus kucumbu sampai aku relax lagi. Aku tidak ingin
mengalami orgasme duluan.
Begitu tenang kembali, tubuh Dian kumiringkan, aku memasukkan penisku ke
vaginanya dari belakang. Satu kakinya kuangkat. Lima menit kupertahankan posisi
tersebut, terasa tubuh Dian menegang seperti sore tadi ketika dia orgasme.
Erangannya kali ini tak tertahankan lagi.
"Oh..., Mass..., teruss...,ceppatt.., oh..., lebih keras
goyangnyaaa..", erang Dian.
Aku mempercepat goyangan pinggulku sampai Dian akhirnya menjerit ketika
mencapai orgasme, aku langsung membalikkan tubuh Dian dan menindihnya. Aku juga
hampir mencapai orgasme, pinggulku kugoyang-goyangkan kembali dengan cepat,
Dian hanya pasrah dan aku mengerang keras ketika mencapai orgasme.
"Aku sayang kamu Dian", bisikku di telinganya.
Aku bopong tubuh Dian masuk ke tenda, kumasukkan ke sleeping bag, baju dan
peralatan juga kubawa masuk ke dalam tenda. Malam itu kami berpelukan dengan
keadaan bugil dalam sleeping bag dan tidur bersama dengan nyenyaknya.
TAMAT
edit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar